Ketemu Bu Helvy Tiana Rosa

“Hoi, aku baru aja bertemu orang terkenal…!!” Bona datang menghampiri Ronal dengan muka berseri-seri, membawa berita kalu dia baru saja bertemu seseorang yang terkenal. “Sapa-sapa? Sapa-sapa?” Ronal antusias. “Bu Helvy Tiana Rosa” “Wow?? Yang maen di Dance Drill itu?” Ronal ngaco. “Bukan dudul. Itu sih Katou Rosa! Ini bu Helvy Tiana Rosa, penulis senior yang terkenal itu..!! “Ah, kamu boong. Pasti yang maen di dance drill itu kan?” dan Bona segera memasukkan Ronal ke kandang bebek. Inti cerita diatas adalah, buat kamu yang enggak kenal sapa itu bu Helvy Tiana Rosa, bakal saya masukin ke kandang bebek. Hahaha… Oke, hari rabu kemaren saya di Sms Mbak Sinta Yudisia untuk datang ke rumahnya habis magrib. Sebab, malam itu mau diadain diskusi kecil-kecilan dengan Bu Helvy Tiana Rosa. Mendengar nama yang tak asing itu, tubuh saya gemetar. Bukan karena heboh, tapi memang pada saat itu saya belum makan siang. Mbak Sinta kemudian memberikan alamat rumahnya, yaitu di daerah Rungkut. Oke, Rungkut. Saya yang buta jalan dan arah yakin bahwa saya pasti bakal kesasar. Walau hujan menetes. Saya tetap bela-belain untuk datang ke Rumahnya mbak Sinta. Sebenarnya saya ingin mengajak Faishal, teman FLP (Forum Lingkar Pena) saya. Namun sayang, mungkin karena hujan dan tugas kuliah dia tak bisa ikut. Saya juga ingin mengajak Asmirandah, tapi saya enggak tau no HPnya. Walhasil saya bakal berangkat sendirian. Dan benar saja, saya kesasar beberapa kali, dan setelah tanya-tanya ke penduduk sekitar, akhirnya sampai juga di rumahnya Mbak Sinta dengan penuh perjuangan dan air mata... Satu kenyataan pasti, bahwa semua peserta diskusi adalah wanita. Hanya saya satu-satunya makhluk maha ganteng dengan sejuta pesona. Tapi tak apalah…serasa James Bond. Peserta diskusi hanya ada tujuh orang. Dan hanya saya yang berjakun. Karena pesertanya sedikit, jadi berasa eksklusif. Saya tak menyesal datang bersama hujan ke rumah Mbak Sinta. Banyak hal dan ilmu yang saya dapatkan dari Bu Helvy. Bu Helvy benar-benar otrang yang asyik. Beliau membagikan pengalamannya ketika menjabat sebagai ketua FLP pusat, dimana beliau mencoba untuk merangkul panulis dari tiap kalangan. Beliau menjelasakan betapa pentingnya pendataan yang valid, sehingga kita tahu berapa banyak karya-karya anak FLP yang telah berhasil dipublikasikan. Beliau juga menerangkan betapa pentingnya sounding FLP, agar FLP terdengar gaungnya di Masyarakat dan disinilah pentingnys publikasi. Wow banget deh pokoknya… Bu Helvy benar-benar menjunjung tinggi karya-karya yang mencerahakan masyarakat, bukan justru membawa masyarakat menjadi buruk. Hal ini sempat membuat saya ragu dengan Gorilove. Gimana dengan buku perdana saya itu? Sebab isinya menurut saya minim kandungan dakwah alias enggak islami. Bahasa yang saya gunakan juga banyak yang tidak baku, dan saya baru tahu kalau ternyata hal itu menjadi sorotan para tokoh sastra. Buku-buku yang beredar sekarang dinilai banyak menggunakan bahasa yang enggak baku dan dianggap hal tersebut merusak bahasa. Mereka memeberi contoh bukunya Raditya Dika. (hehe..padahal saya suka buku-bukunya mas Radith). Dalam keadaan saya yang masih ragu, bu Helvy memberikan support pada saya. Kira-kira seperti ini. “Enggak apa-apa kok kamu menulis Gorilove. Saya yakin dalam proses ke depan, kamu akan mencapai tahap dimana kamu hanya akan menerbitkan karya yang benar-benar berkualitas.” Bu Helvy pribadi juga tak terlalu mempermasalahkan gaya bahasa, sebab pengguanaan gaya bahasa tergantung sasaran pembaca kita. Enggak mungkin kita buat buku untuk anak SD, namun dengan gaya bahasa aktifis BEM: ‘Dalam membentuk suatu kelompok yang terintegrasi dalam populasi..bla..bla..bla..’ bisa-bisa anak-anak langsung mabok. Yah, Bu Helvy cukup men-support saya. Terlebih mbak Sinta juga selalu mendukung saya dan Gorilove. saya jadi mantap untuk melangkah kedepan… (serasa James Bond....) _Bu Helvy keren_ Abie With Love

No comments