Bagi saya, ada dua hal elemen krusial dalam proses pembuatan
sebuah novel fiksi: Plot dan Karakter. Dalam cerita, plot berperan sebagai
mangkuk, dan karakter berperan sebagai indomie kari ayam dengan telur dan
irisan cabe rawit. Keduanya saling melengkapi, dan emang ditakdirkan berjodoh.
Namun pada posting-an kali ini, saya mau ngebahas masalah
plot.
Secara umum ada dua model plot yang dipakai di dunia
penceritaan kreatif, baik di media film maupun buku, yaitu plot maskulin dan
plot feminim. Plot maskulin memiliki jalan cerita yang lebih dipengaruhi oleh
sisi eksternal. Plot ini biasanya dipakai dalam film-film petualangan dan
action macam Rambo, The Raid, dan Indiana Jones.
Sebaliknya, plot feminim dipengaruhi oleh sisi internal,
tepatnya karakter. Interaksi antar karakter maupun dengan dirinya sendiri
menjadi pengendali jalannya cerita. Misalnya, plot pada Jomblo, Juno, Laskar
Pelangi, Idolku Cantik dan banyak lagi. Plot inilah yang sering dipakai di dunia fiksi Indonesia,
termasuk saya.
Inget enggak guru bahasa Indonesia kita pernah mengajarkan
tentang plot? Yap. Secara umum plot dalam cerita ada tiga sequence: Setup -
Klimaks - Konklusi. Pada saat proses penerbitan buku pertama saya, Gorilove;
Cinta Lebih Besar daripada Monyet, saya mendapat ilmu yang keren punya tentang
plot feminim dari Raditya Dika. Dan ini jadi pegangan saya dalam menulis fiksi.
Saya akan membaginya sekarang ; cara membuat plot dengan metode 8 sequence.
Dari tiga sequence plot tadi, kita dapat memecahnya menjadi
8 sequence. Biar gampang, saya akan menjelaskan dengan Novel kedua saya,
Detektif Sekolah, sebagai contohnya. Yuk kita mulai.
SETUP
Sequence 1. Dunia sempurna yang semu
Ada semacam kesemuan dalam kehidupan para karakter. Mereka
terlihat menjalani kehidupan yang sempurna, tapi sebenarnya masih ada yang
kurang dalam hidup mereka.
Contoh: Dalam Detektif Sekolah, 3 karakter utamanya yakni
Momon, Bams, dan Tessa memiliki kehidupan yang terlihat sempurna, namun semu.
Momon aktif di tim basket tapi hanya jadi pembantu. Bams aktif di OSIS tapi
pemikirannya tak pernah dianggap. Tessa adalah juara kelas yang mulai bosan
dengan rutinitasnya.
Sequence 2. Penyadaran
Pada fase
ini karakter mulai sadar bahwa ada yang kurang dalam hidup mereka. Penyadaran
mereka bisa timbul karena faktor tertentu.
Contoh : Momon, Bams, dan Tessa bertemu di taman belakang sekolah. Mereka
saling menceritakan permasalahannya masing-masing. Hingga akhirnya mereka
sadar, mereka butuh sesuatu yang baru. Sesuatu yang membuat mereka lebih berarti.
Akhirnya mereka sepakat membuat satu kelompok Detektif.
Sequence 3. Persiapan Perjalanan
Pada tahap ini, setelah menyadari adanya sesuatu yang kurang
di hidupnya, karakter mempersiapkan diri untuk melakukan “perjalanan” atau
usaha untuk menyempurnakan hidupnya.
Contoh : Setelah membentuk tim detektif, agar cepat eksis,
mereka memasang pamflet promosi segede gaban di papan mading sekolah.
Harapannya jika ada anak yang memiliki masalah pelik, ia akan datang ke
detektif sekolah. Benar saja, akhirnya mereka mendapatkan satu klien. Seorang
gadis bernama Mila yang sering menerima surat cinta kaleng.
KLIMAKS
Sequence 4. Naik
ke atas
Para karakter seolah hampir
berhasil menemukan apa yang ia cari. Mereka tampak bahagia. Padahal sejatinya,
tahap ini merupakan persiapan menuju konflik puncak.
Contoh: Anak-anak detektif
sekolah telah melakukan penyelidikan berhari-hari. Mereka bekerja keras untuk
itu. Mereka merasa pintu kebenaran akan segera muncul, orang yang mengirim
surat cinta kaleng itu bakal segera ketahuan.
Sequence 5. Mata badai
Klimaks dari cerita. Pada fase
ini, para karakter dihadapkan pada kesulitan yang tinggi. Semua yang awalnya
berjalan dengan baik, kemudian berantakan.
Contoh : Detektif sekolah dihadapkan pada satu
kenyataan, bahwa mereka melewatkan satu detail penting dalam penyelidikan surat
cinta kaleng untuk Mila. Nahasnya, detail itu membuat kerja keras mereka enggak
berarti. Artinya, apa yang mereka lakukan sia-sia.
Sequence 6. Kejatuhan
Setelah mendapatkan masalah yang
pelik pada sequence 5, tahap ini para karakter menjalani kehidupannya dengan
keadaan yang berantakan sebagai efek dari terpaan badai masalah sebelumnya.
Bagai sebuah bencana alam, fase ini menceritakan keadaan lingkungan yang
porak-poranda setelah bencana.
Contoh : Karena kesalahan mereka,
anak-anak Detektif Sekolah jadi malas melanjutkan penyelidikan. Mereka galau.
KONKLUSI
Sequence 7. Kebangkitan
Fase ini adalah fase titik balik.
Karakter yang tadi amburadul, kacau balau, berantakan, mencoba bangkit kembali
dan berusaha mencapai tujuan awal.
Contoh: Detektif sekolah kembali
bertemu. Mereka sadar, mereka sudah bergerak terlalu jauh, dan tak ingin
mengecewakan Mila yang sangat berharap pada mereka. Mereka menata ulang
strategi penyelidikan, dengan melengkapi detail-detail yang terlewat.
Sequence 8. Dunia yang
sempurna
Masing-masing karakter telah
menemukan sesuatu yang kurang atau hilang dalam hidupnya. Kesemuan yang tadi
menyelimuti hidupnya, menghilang.
Contoh : Dengan strategi baru,
akhirnya mereka berhasil menyelesaikan kasus Mila dengan memuaskan. Detektif
sekolah sangat bahagia dapat menolong seseorang, ternyata hal tersebut mampu
membuat mereka merasa berarti.
Kira-kira begitu teman-teman.
Karena aliran saya adalah komedi, tentu saja cerita saya balur dengan nuansa
komedi :)
Secara sekilas, metode 8 sequence
dalam plot ini mengarah pada happy ending. Tapi sebenarnya enggak. Metode ini
enggak ada hubungannya dengan ending yang akan kita ciptakan. Mau happy ending,
sad ending, bahkan ending yang menggantung sekalipun dapat menggunakan sequence
ini. Sekali lagi, metode penyusunan plot ini adalah sebuah mangkuk. Mau diisi
apa mangkuk itu, ya terserah kita sebagai penulis kan? :)
Nah, segitu dulu aja dari saya ya. Semoga
bermanfaat buat temen-temen. Sampai jumpa lagi di #YukNulis selanjutnya. Hmm,
selanjutnya mungkin saya akan bercerita tentang karakter. See you soon!
Ini sangat bermanfaat sekali, terimakasih bang! :)
ReplyDeleteWah, sarannya oke banget nih :) Menyederhanakan urutan nulis yang biasanya ribet, hehe :D
ReplyDeleteOke banget, proses menulis menjadi terarah.
ReplyDeleteNice article, I'm going to try this. Thank you!
ReplyDelete