PENTINGNYA PUNYA BETA READERS

Waktu mendengar kata beta, saya langsung kebayang rumus matematika dan fisika. Tapi kalau digabungkan dengan kata reader, artinya nggak ada matematika-matematikanya 😁. Di kalangan penulis, istilah beta reader tidak asing lagi. Beta reader adalah seseorang yang kita percaya untuk membaca dan menilai naskah kita sebelum dikirimkan ke penerbit/ diunggah ke platform. Kurang lebih itu definisinya 😁. Nah, lewat postingan kali ini saya ingin berbagi pengalaman tentang pentingnya punya beta readers.

Tapi sebelum itu, saya ingin membagikan mini e-book gratis berjudul "Menulis Novel Dengan Cara Manusia Biasa". Harapannya, mini e-book tersebut dapat membantu teman-teman yang akan mulai menulis. Klik link di bawah ini ya!


Dulu, saya tidak pernah meminta bantuan siapa pun untuk menilai naskah saya sebelum dikirim ke penerbit. Terlalu percaya diri memang hahaha. Saya hanya melakukan swasunting yang sumbernya ya dari pikiran saya sendiri. Sisanya saya serahkan ke editor. Padahal, pandangan saya terhadap naskah tersebut kemungkinan besar bias. Dan, bisa saja naskah yang saya anggap telah sempurna, justru banyak lubangnya atau bahkan nggak jelas sama sekali. Semakin ke sini, saya sadar, peran seorang beta reader itu krusial.

 

Beta reader itu sakti loh!

Apa kesaktiannya? Dia mampu secara objektif menangkap lubang-lubang kekurangan dari naskah kita dari aspek apapun: logika cerita, karakter, plot, bahkan hal-hal yang benar-benar unexpected. Pernah beta reader saya mendeteksi kesalahan satu karakter dari sisi psikologis. Dia bilang, "Untuk orang yang hidupnya pahit, dia enggak mungkin bisa ngeluarin banyolan-banyolan seperti itu." Bagi saya, masukan itu sangat wow dan jelas terlewat dari kaca mata saya. Mengapa para beta readers punya kesaktian semacam itu? karena mereka independen, tidak terlibat dalam proses penulisan, sehingga apa yang ia rasakan kala membaca naskah kita adalah murni pandangan yang objektif. Saat ini saya memiliki tiga beta readers keren, salah satunya Thessa.

Bagaimana kriteria memilih seorang beta reader?

Nggak susah kok. Pertama, dia harus suka baca. Nggak harus yang penggila buku banget, asal punya pengalaman baca novel menurut saya itu udah cukup. Sebab, percuma juga ngasih naskah kita ke orang yang tidak suka baca sama sekali, malah nambah kerjaan beliau 😅. Kedua dan yang paling utama, mereka barsedia menjadi beta reader kita. Kalau nggak bersedia, masa mau dipaksa? 😄. Siapa saja yang bisa dijadikan beta reader? Paling mudah sih teman sendiri ya. Itu sudah sangat powerful menurut saya. Kalau kamu punya budget, bisa juga bekerja sama dengan editor lepas. Banyak kok, editor-editor yang menawarkan jasa secara profesional untuk mereviu naskah.


Setelah mendapat masukan dari beta readers, apa yang selanjutnya dilakukan?

Saat ini saya tengah menggarap sebuah draf naskah novel. Draf tersebut telah selesai, telah melewati tahap swasunting pertama, serta telah mendapat berbagai masukan dari beta readers. Langkah selanjutnya yang saya lakukan adalah, menginventarisasi masukan-masukan tersebut ke dalam excel (atau kalau kamu punya tools lain juga nggak masalah).  

Kripik pedes dari beta readers 

Saya membuat tabel di excel yang berisi daftar masukan, action perubahan yang akan saya lakukan, dan status pengerjaan (OK/ not OK). Hal ini menjadi dasar saya untuk melakukan swasunting-swasunting selanjutnya hingga saya pribadi merasa puas akan kualitas naskahnya, dan percaya diri untuk mengirimkan ke penerbit / platform.

Sebagai penutup, konsep beta readers ini sangat penting guna memastikan sejauh mana kualitas naskah kita. Saat ini persaingan penulis semakin ketat, apalagi dengan adanya platform kepenulisan serta pandemi yang memberi dampak tersendiri bagi dunia perbukuan, penulis dituntut bekerja lebih keras. Untuk itu, selain melakukan marketing, menurut saya hal paling utama yang bisa (baca: harus) penulis lakukan adalah berusaha semaksimal mungkin menyajikan karya dengan kualitas terbaik kepada diri sendiri. Dengan memberikan yang terbaik untuk diri sendiri, otomatis penulis juga memberikan yang terbaik untuk pembaca.

Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu juga memiliki beta readers untuk menyempurnakan naskahmu? Atau ada pengalaman seru lain? Feel free to share di comment ya...!




9 comments

  1. Beta readers ini yang selama ini saya nggak punya. Saya suka nggak enak kalau mau nyuruh teman buat baca dulu naskah saya, barangkali ngrepotin, barangkali mereka lagi sibuk juga. Padahal sebenernya penting banget ya. Akhirnya jadi sering kepedean sama naskah sendiri, merasa kayaknya sudah cukup bagus. Padahal belum tentu juga hehe
    Mungkin solusinya memang perlu cari jasa beta readers kalau jadi orang nggak enakan ya.
    Btw, pantes hasil bukunya selalu bagus, ternyata ada beta readers di belakang Mas Abi yang mau ngasih kripik pedas dan langsung ditindaklanjuti ke excel buat diperbaiki.
    Jangan-jangan nama Tessa di novel Detektif Sekolah sengaja ambil dari namanya Mbak Thessa :-D
    Kalau saya, salah satu cara ‘menunjukkan diri’ untuk saat ini dengan nulis di blog. Semacam menjaring target pembaca. Jadi kalau mereka suka atau terhibur dengan gaya tulisan kita mereka mungkin akan terus mengikuti tulisan kita. Kalau nggak cocok, ya nggak papa juga sih haha
    Ngomongin masalah persaingan di dunia penulis memang bener juga, di masa pandemi kayak gini katanya penjualan buku di gramedia lagi turun. Mungkin nanti bisa lebih rajin promosi di medsos, ditambah sekarang belanja buku juga udah lebih gampang lewat marketplace. Selain karena ada diskon, gratis ongkir, juga nggak perlu nyempetin waktu ke gramedia (yang biasanya nggak ada diskon kalau nggak punya member).
    Selanjutnya kalau udah usaha, biar pasar yang menghakimi, buku kita nanti bakalan gimana hasilnya :-D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thanks Mas Edotz sudah mampir :). Kalau menurut saya, nggak apa-apa sih minta bantuan teman, asal mereka bersedia haha. Dan, kita jangan pernah ngasih deadline ke mereka hehe, seluang mereka saja. Oya satu lagi, kalau saya biasanya untuk awalan ngasih 3 bab awal dulu, karena selain meringkankan beban mereka, 3 bab awal krusial untuk sebuah novel. Yah, kalau kita berhasil dapat beta reader untuk 3 bab awal udah luar biasa kok ^_^

      Nulis diblog juga oke tuh, Mas, udah di jalan yang benar haha. Saya nih udah lama ninggalin blog dan sekarang mulai kembali ke jalan yang benar hahhaa.

      Iya, emang gramed sekarang sepiii banget. Terakhir aku ke sana rada miris juga sih, bahkan di Gramedia Matraman sekarang mereka jual ikan cupang ahahaha.

      Oya, terima kasih ya udah baca Idolku Cantik dan Detektif Sekolah. Syukurlah kalau menghibur wkwkw. Iya, Tessa terinspirasi ama Thessa, soalnya dia smart :p.

      Sukses yaa!

      Delete
    2. Ehm, numpang lewat... Mas Edot bisa aja nih nebaknya 😆😆

      Delete
  2. oh i see, saya nyebutnya editor pribadi, hahaha. jadi biasanya sebelum artikel untuk lomba atau job penting saya upload saya minta editor pribadi ini baca dulu dan mengoreksi tulisan saya. begitu saya sebaliknya. kita masing - masing jadi saling meng-editori- tulisan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mbak. Semacam itu. Mungkin sejarahnya biar keren istilahnya diganti jadi Beta Reader hahha. Terima kasih telah mampir ya.. ^_^

      Delete
  3. Sebelum di up, saya biasanya suka nyuruh bacain sama komentarin tulisan fiksi saya ke temen-temen pilihan yang emang suka baca. Tapi baru tahu kalau ada istilah beta reader. Pengetahuan baru.

    ReplyDelete
  4. Wuaa tau ga bi, ca juga sempet pengen bikin tulisan tentang Beta Reader kaya gini 😁 eh ternyata Abi udah nulis dg detail gini. Mantaab. Thank you for sharing, Bi.
    Semoga naskah ini segera menemukan rumahnya yaa. Semangaat 💪😁

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe.. gapapa Thess, bikin lagi aja. Biar semakin banyak referensinnya...hehehe. Aamiin, makasih yaa..

      Delete