MENULIS ENDING NOVEL

Halo semua.

Masih kuat menulis?hehhe...

Di postingan sebelumnya, saya pernah menulis betapa krusilanya 3 bab awal novel. Dalam konteks penerbit mayor, 3 bab awal adalah pertarungan penulis untuk merebut perhatian editor. Iya, enggak cuma pasangan aja yang perlu direbut atensinya, editor juga hehhe.

Baca: 3 Bab yang Menentukan

Kali ini saya mau sedikit membahas ending. Tentunya berdasarkan pemahaman dan pengalaman saya ya hihihi.


Seberapa penting sih ending? Ya penting banget, dong. Tanpa ending, cerita mau dibawa ke mana, ya kan? Ending itu tujuan perjalanan. Ibarat mau ke Surabaya, ya endingnya adalah Surabaya. Mau muter-muter dulu ke Banda Aceh, Kuala Lumpur, Tokyo, terserah yang pasti berakhir di Surabaya. Begitu juga cerita, mau bergerak ke mana pun, mau tokoh utama kamu idup-mati-idup-mati-idup, pada akhirnya menuju ke ending juga. Tentu kita sepakat dengan hal ini, ya. 

Dan, menentukan tujuan itu esensial. Saran saya, jangan pernah menulis cerita tanpa tahu endingnya. Saya pernah beberapa kali nyoba nulis tanpa tahu endingnya dan berakhir putus di tengah jalan. Hilang arah dan semangat.  Saya merekomendasikan untuk menulis bab endingnya terlebih dahulu, sebelum mulai menulis cerita dari awal. Dengan cara itu, alhamdulillah saya bisa menyelesaikan draf pertama. Menamatkan naskah itu pencapaian lho, karena naskah yang baik adalah naskah yang tamat. 😁

Baca gratis: Mini E-book Menulis Novel Dengan Cara Manusia Biasa

Baca gratis cerita TWS saya: Detektif Sekolah: Mengacaj Jejak Perisak

Masalahnya, menulis ending tidak semudah itu, Teman. Setidaknya pengalaman saya. Walaupun saya menulis ending duluan, pada akhirnya banyak yang dirombak juga karena perkembangan cerita. Saya sering ngerasain, begitu cerita menjelang akhir, rasanya pengin cepet-cepet namatin. Efeknya, jembatan menuju ending jadi maksa. Enggak halus. Ibarat kata lagi nyetir enak-enak tiba-tiba ngerem mendadak! Biasanya itu terjadi karena emang kita suka banget sama ceritanya, atau justru kita udah eneg sama itu naskah jadinya pengin buru-buru tamat. Hehe...

Lalu, gimana caranya bikin ending yang pas menurut versi penulis? Saya mengutip plek-plekan twit Mas Wisnu pengarang Novel Seni Membangunkan Naga dari Laut. Saya setuju dengan beliau bahwa pada dasarnya ending adalah adegan penutup yang menjawab 2 pertanyaan dasar:

1. Apakah protagonis berhasil mencapai tujuannya? Ya/Tidak

2. Dalam keadaan apa? Situasi yang dialami protagonis saat dia berhasil/gagal di akhir cerita.

Menurut saya ketika kita sudah mampu menjawab dua pertanyaan tersebut, ending akan terasa pas dan flow cerita menuju ending bisa lebih halus.  Memang dua hal tersebut perlu dijabarkan lebih lanjut, tapi mari kita awali dengan konsep dasar terlebih dahulu.

Oh ya, saya merekomendasikan teman-teman untuk mem-follow twitter Mas Wisnu. Beliau sering banget berbagi insight tentang literasi, khususnya dunia fiksi. Cek pinned tweet beliau ya.

Selamat menulis!👏👏


2 comments

  1. Menarik sekali tipsnya. Rasanya ini juga berlaku di semua jenis tulisan ya mas. Soalnya saya pribadi biasanya melakukan hal yang sama saat nulis blog post.

    Ya walaupun memang aktualnya endingnya akan dirombak seiring perkembangan tulisan, tapi cukup membantu memagari tulisan supaya nggak ngglambyar ke mana-mana.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih sudah berkunjung, Mas. Wah, saya baru tahu kalau konsep ini berlaku juga di non-fiksi. Saya akan coba mengaplikasikannya. Hehe

      Delete